Masjid Al Serkal, Phnom Phenh, Kamboja |
Cewek! Nginap di Mesjid Kamboja Biasa aja tuh!- Salah satu hal yang paling menyenangkan dari sebuah perjalanan adalah merencanakannya. Riset sederhana lokasi tujuan dan membuat draft perjalanan merupakan dua hal yang paling ditunggu-tunggu selain eksekusi perjalanan itu sendiri. Kenapa? Ini adalah saat dimana fantasi liar dan ide-ide gila yang bermunculan. Setiap perjalanan harus memiliki Check Point, it means, ada beberapa hal yang harus dilakukan dan hal tersebut pastinya adalah hasil dari fantasi-fantasi liar tadi.
Waktu yang ideal menyusun draft perjalanan adalah satu sampai dua minggu sebelum keberangkatan. Dua minggu minus satu hari adalah jumlah hari yang akan dihabiskan selama berpetualang di lima negara ASEAN. Kamboja, Viet Nam, Laos, Thailand, dan Malaysia akan jadi pengisi stempel terakhir di passport yang akan expired pada awal tahun 2017.
Salah satu Check Point dalam perjalanan kali ini adalah Nginep di Masjid. Meskipun, Sebagai seseorang yang mendeskripsikan diri "tidak terlalu" relijius (terlalu berat menyandang sebutan ini), tetapi rasanya tak lengkap bemusafir tanpa dilengkapi indahnya bermalam di rumah Sang Khalik.
If you want to know how far you believe in your faith, be a Minority.
Minoritas adalah sebuah label yang diberikan bagi suatu kelompok dengan jumlah yang tidak lebih banyak dari kelompok lainnya dalam sebuah populasi pada satu ekosistem. Sulitnya ujian yang Allah SWT berikan kepada manusia adalah bukti nyata kepercayaan Dia akan kemampuan manusia. Dan menjadi minoritas itu sulit, konflik dan tekanan dari pihak kaum Mayoritas adalah sebagian kecil dari ujian yang dihadapi dan hampir mustahil untuk dihindari. Besarnya keyakinan dan kecintaan terhadap apa yang diyakini adalah satu-satunya kunci yang mampu membendungnya. "
They blame you because you look different, but you know we are all the same in the eye of God and He is the only one who can Judge
Kamboja, Viet Nam, Laos, Thailand adalah negara dengan jumlah Muslim dibawah 10%, bahkan di Viet Nam dan Laos, jumlah Muslim berada di bawah angka 1% dari total populasi yang ada. Phnom Phenh, Kamboja adalah salah satu check point karena disini cuma akan menghabiskan waktu kurang dari 12 jam di ibukota Kamboja ini dan gak punya destinasi lain untuk dikunjungi.
Setibanya di Phnom Phenh sekitar pukul 9 malam setelah menghabiskan lima jam perjalanan dari Siem Reap via Bus kecil ala metromini. Sempat nyasar dan muter-muter karena terkendala bahasa, Kamboja menggunaka bahasa nasional, Khmer. Gak jauh beda dengan di Indonesia, rata-rata mereka gak bisa bahasa Inggris, dan bahasa tubuh selalu jadi andalan. Tunjuk sana, tunjuk sini, komunikasi paling efektif yang dipahami oleh umat dari belahan dunia manapun.
Interior Masjid Al - Serkal, Phnom Phenh, Kamboja |
Masjid Al Serkal, Masjid besar di Phnom Penh terletak di Preah Monivong Blvd (93), tepatnya di ujung Moak Chrouk St (86). Masjidnya besar dan bagus. Setelah nge-Isya, muter-muter dan mencari penjaga untuk melobi apakah gembel traveler ini diperbolehkan nginep beberapa jam. Walaupun sempat terkendala bahasa, akhirnya izin menginap diberikan yeey, tapi bukan di dalam masjid, melainkan di gudang bawah masjid. Hehe. Alhamdulillah lah pokoke. (FYI: Di sekitar masjid ada banyak penginapan yang pemiliknya muslim kalau gak mau ribet)
Kamar Kos Gembel di Masjid Al Serkal |
One Check Point in my bucket!
Sesuai perjanjian awal, bangun dan pergi sebelum fajar hari ini. Shalat subuh diisi dua shaf laki-laki dan dua orang di shaf belakang. aku dan seseorang. Selain kehilangan alasan untuk meninggalkan sholat, beberapa benefit dari nginep di Masjid adalah:
- Peaceful
- Bersih
- Interior yang berbeda di setiap Masjid
- Sekitar Masjid pasti ada makanan Halal
- Berbaur dengan Lokal
Dengan populasi kurang dari 3%, makanan halal udah bisa dibayangin sulitnya. Umumnya, Muslim lokal yang tinggal di Indochina adalah keturunan Malaysia. Menu terbaek untuk gembel yang gak makan seharian adalah Nasi Hainan yang harganya cuma USD 1,5 dan Teh Vietnam sebagai penghangat pagi. Dan........ aku disamperin oleh seseorang yang satu shaf saat sholat shubuh di Masjid. Doi adalah Muslim lokal, suaminya merupakan salah satu imam di Masjid Al Serkal dan orang tua nya adalah imigran Malaysia, tapi makcik lahir di Kamboja, doi cuma bisa ngomong sepatah-dua kata Melayu. Makcik membekali air minum 1,5 liter sebagai teman memperpanjang langkah. Alhamdulillah. Indahnya bermusafir.
Sarapan bersama Makcik, 4 Agustus 2016 |
Selain makcik tadi, ada juga beberapa Muslim lokal yang nyamperin di sana. Mungkin doa mereka menjadi salah satu pengantar perjalanan yang penuh cerita ini. Sejak hari itu, Masjid, dinobatkan sebagai pit stop terbaikku, selain benefit-benefit yang di sebutin di atas, selalu ada cerita di dalamnya, mulai dari ngobrol-ngobrol dengan lokal, kenalan baru, dan banyak hal yang membuatnya lebih spesial.
Betewe, total Budget yang keluarkan selama di Phnom Phenh tidak lebih dari USD 2. He. he. he sekian tulisan ini mengenai Cewek Traveler ini Nginap di Mesjid Kamboja
Penulis : elisa wahyuni @eelisawah
Penulis : elisa wahyuni @eelisawah
keren ceritanya gan, emang gapapa sebenernya gausah malu atau gimana apalagi di negara orang
BalasHapusIyaa,, bener tuh kata Calon Sarjana
BalasHapusbagus ceritanya buat bacaan
BalasHapusBookmark dulu gan :D nanti ane baca lagi :D
BalasHapusBagus cerita nya gan, ngefek juga ke pemikiran gua :D
BalasHapusDitunggu cerita berikutnya :D
Subhanallah, indah sekali masjidnya gan
BalasHapusiya gan
HapusWell, apapun bahasanya tetap bahasa tubuh ya yang paling optimal. Tapi kadang awak sendiri juga sudah untuk mengekspresikan bahasa tubuh awak. :D
BalasHapusiya nikmal ^_^
HapusSetuju sama calon sarjana
BalasHapussubhanallah baca ceritanya BENER BENER MANTAP .... DAN SUBHANALLAH muslim disana sungguh sangat ramah
BalasHapusiya ^_^
Hapusrasanya enak ya jalan2 ke daerah dimana kita minoritas, jadi gitu ketemu sesama minoritas bisa dibantu dengan penuh kebaikan, welll,
BalasHapus