Tangkahan Destinasi Liburan Sumatera Utara Yang Memukau - Pintu Satu Universitas Sumatera Utara adalah titik kumpul kami di tanggal 31 Desember 2017. Di akhir tahun 2017 ini kami akan melakukan perjalanan menuju salah satu tempat wisata yang cukup terkenal di Sumatera Utara. Tangkahan namanya, Sering mendengarnya namun sering sekali membatalkan pergi ke destinasi yang satu ini karena kabar jalan menuju kesana sangat jelek.
Sewaktu sampai pada pada tempat titik kumpul udah ada abang-abang panitia yang memanggil untuk masuk ke warung bakso, sambil bersalaman abang itu mengenalkan dirinya bernama Wira. Menunggu beberapa orang yang belum sampai kami didudukkan di warung bakso. Udah ada dua orang yang datang sebelumku.
Selama perjalanan kami disinggahi beberapa swalayan kecil dan salah satu mesjid tertua dilangkat. Menang sesuai ekspektasi ternyata seletah sampai langkat semua jalan biasa saja dan mulus, tetapi seletah akan memasuki yang namanya jalan menuju Bukit Lawang dan Tangkahan semua jalan menjadi memiliki kawahnya masing-masing. Sangking serammnya kalau duduk di belakang dalam mobil lebih bagus pakai helm deh hehehe.
Sesampainya di Tangkahan kami melewati jembatan gantung yang sangat minim cahaya. Untuk melewatinya kami menggunakan senter kecil dari korek api yang diberikan abang-abang panitia di perjalanan. Sebelum masuk menuju pernginapan, sudah diberitahukan kalau saja penginapannya akan masuk berjalan kaki selama 15 menit dari tempat parkir kendaraan. Setelah dirasakan sepertinya nggak sampai 15 menit juga sih . Mungkin karena malam hari sehingga nggak tahu jalan masih jauh atau tidak, tahu-tahu sudah sampai saja.
Melewati kamar tidur dan Cottage yang akan kami tinggali, kami di ajak masuk ke restorantnya terlebih dahulu untuk makan malam. Sembari menunggu makan malam kami di suguhi dengan hidangan kopi dan teh yang disjikan hangat. Seperti biasa agak takut minum kopi karena punya asam lambung, tapi sok paten nyoba ya nyobak aja. Ternyata kopi di Linnea Cottage ini enak dan aman buatku.
Kopi Enak |
Selain itu ada hiasan miniatur sepeda-sepedaan dan becak pada pinggiran tembok dari restorant ini. Seluruh isi restaurant ini sudah disusun dengan sangat apik dan nyaman, sehingga memang nyaman untuk bersantai berlama-lama di sana. Selain itu juga disuguhi dengan pemandangan pepohonan dimalam hari. Ditambahlagi dengan udara yang sejuk pepohonan, dan anehnya tidak ada nyamuk yang mengigit.
Makan malam sederhana namun nikmat pun kini terhidang di depan mata. Bergegas seluruh teman-teman mengambil kamera. Namanya juga blogger foto dulu baru makan hehehe. Makan malam yang sedderhana malam ini sangat memuaskan perut walau sedikit terlalu pedas pada bagian kuah sayurnya.
Setelah makan malam kami kembali duduk-duku sambil bercerita panjang lebar tentang penginapan Cottage ini. Pemilik dari penginapan ini adalah orang Karo asli namun sekarang tinggal di Swedia bersama Istrinya yang memang Berwarga Negara Swedia. Cottage ini memiliki 15 Kamar yang semuanya memiliki kelambu dan kamar mandi di dalam. Kiasaran harga kamarnya antara Rp. 200.000,- sampai Rp. 600.000,- per kamar per malam. Harga kamar sendiri trgantung dari jenis kamar yang di pakai. Dalam Cottage ini ada beberapa jenis kamar, tergantunga dari kebutuhan pengunjung. Ada yang berisi single bed dengan maksimum isi kamar dua orang, ada juga yang Double bed dengan maksimum 4 orang. Jadi kamar yang diinginkan bisa disesuaikan.
Malam pun mulai larut, berhubung sebenernya aku juga males keluar malam tahun baruan karena kota Medan macetnya ampun-ampun, jadi rencana tidur malam tahun baru tetap berjalan walaupun di dekat hutan lindung. Lagian suasana tangkahan malam hari juga nggak ramai di malam tahun baru, Hanya terdengar beberapa petasan yang diledakkan saat malam tahun baru tiba.
Pagi hari tiba 2017 berlalu begitu aja. Pemandangn pagi ini disuguhi dengan hijaunya pepohonan dan nenek-nenek yang berjalan tanpa alas kaki didepan kamar. Didepan Kamar terdapat bebatuan kerikil kecil-kecil sebagai penunjuk bahwa itu adalah jalan yang bisa dilalui. Mungkin itu nenenk-nenek merasakan kalau kerikil-kerikil itu bisa juga dipakai buat terapi refleksi. Taklama kemudian aku berjalan mengelilingi Linnea Cottage ini. Suasanya yang nyaman mulai terasa tampa adanya suara kendaraan yang modar mandir, suara jangkrik dan beberapa bnatang hutan seperti monyat yang menyambut pagi ini.
Sebelum memulai kegiatan pagi ini kami disugihi oleh sarapan pagi. Sarapan pagi ini sepiring nasi goreng lengkap dengan timun, telur dan juga kerupuknya. Yang berbeda dengan malam harinya adalah pemandangan pepohonan pagi itu lebih jelas terlihat karena sudah disiniari oleh matahari.
Dipinggir sungai kami berkumpul lepas sarapan, seluruh peralatan eleltroneik dimasukan kedalam sebuah kantung plastik yang cukup tebal. Kemudian kantung tersebut dibawa oleh abang-abang guidenya pagi itu. Selain itu di pinggiran sungai juga sudah terdapat beberapa ibu-ibu berjualan makanan ringan dan juga buah durian.
Destinasi pertama yang kami kunjungi adalah mata air panas yang terdapat di pinggir sungai. Seebenernya cukup unik sih tersapat sebuah mata air panas sulfur yang berada tepat di pinggiran sungai dan dilindungi oleh semacam gua. Untuk mengakses ke mata air tersebut kita harus melawati titi kayu untuk menyeberangi sungai.
Selanjtnya kami lanjutakan perjalanan menuju pinggiran sungai Batang Serangan yang mengalir sampai Sungai Wampu. Disini kami menunggu beberapa saat untuk menunggu ban Tubbing yang sedang disusun. Btw kalau nggak tau tubbing itu menyusuri sungai pakai ban ya hehe. Selama Tubbing Aliran sungai cukup tenang, sehingga terasa angin sepoi-sepoi berhembus, kebetuan cuaca sedang tidak panas. Dipinggiran sungai terdapat pepohonan yang masih di tinggali hewan-hewan liar. Sesekali sering terlihat monyet sedang memakan buah di pinggir sungai.
Ban Tubbing minggir ketepian sungai, kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan jalur darat dan menuju ke air terjun. Air terjun yang pertama di kelilingi oleh bebatuan yang cukup licin, permukaannya kasar tetapi saat diinjak sangat licin. Ternyata bebatuan tersebut bebatuan semen, yang mana di gunakan sebagai bahan dasar semen untuk bangunan. Saat terkena air bebatuan ini akan sangat licin dan bisa menjadi serpihan pasir.
Air Terjun Pantai Salak |
Air terjun ini bernama Air Terjun Pantai Salak sedangkan air terjun selanjutnya adalah Air Terjun Sungsang. Di air terjun yang kedua ini kami dibolehkan untuk mandi-mandi dan menikmati suasana alam. Dari atas air terjun juga boleh melompat kebawah karena bagian bawah air terjun cukup dalam dan aman untuk di lompati.
Sayangnya saat kami datang air sungai sedang surut, sehingga air terjun idak mengalir seindah biasanya. Jadi hanya muncul seperti air mancur saja di ujung air terjun yang di kelilingi anak-anak yang bermain sambil tertawa. Saat sedang indah-indahnya seharusnya Air Terjun Sungsang ini membentuk tirai air sepanjang batu.
Perjalanan dilanjutkan kembali dan kami menyeberangi Sungai Batang Serangan dengan menggunakan Ban tadi. Diseberang jalan makan siang sudah menanti, ayam sambel dan sayur sudah di siapkan dengan nasi berbungkus daun pisang. Menambah kenikmatan makan jika sambil menghadap ke tepian sungai. Di tengah sungai banyak Wisatawan lokal antri naik Speedboat. Walau sungai ini luas tapi cuku dangkal dibeberapa bagian, sampai-sampai terkadan di tengah sungai bisa sedalam dengkul kaki.
Destinasi yang terakhir adalah Penangkaran Gajah. Dari pinggir sungai tempat kami menepikan ban Tubbing tadi kami melanjutkan perjalanan dengan mobil yang gagah Milik Linnea Cottage. Karena tanggal satu keadaan jalan menuju Penangkaran Gajah cukup ramai oleh turis Lokal. Sesampainya di sana Kami Ngopi-Ngopi dulu di warug pinggir sungai. Dengan bangku kayu, lantai kayu, meja kayu, dan seluruh warung terbuat dari alam membuat suasana di pedesaaan terasa kental.
Memang udah lewat masanya kalau naik gajah kegirangan kayak bocah. Tapi tetep aja rasa penasaran naik gajah pasti ada. Selama di atas gajah kepo sama abangnya, dan mendapatkan hasil kalau gajah yang kami naiki umurnya 40 tahunan, dimandikan 2 kali dalam satu hari pagi dan petang. Kemudian kalau tracking pakai gajah biayanya bisa Rp 1 jutaan.
"Bang gajahnya bisa lari?" Era nanya ke abang yang bawa gajah.
"Bisa!"
Kemudian gajah yang kami naiki malah lari. Agak serem sih, tapi seru.
Selepas dari peternakan gajah, kami kembali ke Linnea Cottage dan bersiap untukpulang ke Medan. pengalaman yang seru menarik dan luar biasa. Untuk semua kegiatan yang kami lakukan tadi diatas hanya perlu mengeluarkan biaya Rp. 500.000,- sampai Rp. 600.000,- dijemput dari Medan, dan dipulangkan ke Medan juga. Untuk info lebih lanjut bisa Hubungi ke Nomor 0852-6186-5837 atas nama Bang Meidi.