Dalam kesibukan rutinitas
pekerjaan dan dekapan kos ukuran 3 * 3 meter bertepatan dua minggu setelah saya di rotasi
dari Pontianak ke Surabaya teringat sebuah target lama, mimpi lama untuk
menjelajahi salah satu tempat terbaik di Indonesia bahkan tahun 2016 Trip
Advisor menetapkan destinasi ini sebagai wisata Halal No. 1 Dunia dan Lombok
adalah jawabannya.
Komitmen
saya dari awal pergi melalui jalur darat dan laut kemudian kembali dengan udara
hal ini di
karenakan saya harus menyimpan energi untuk rutinitas pekerjaan esok.
Memulai perjalanan dari stasiun Gubeng lama Surabaya dengan tiket
ekonomi di tambah saya mengunnakan kupon dari pegipegi.com saya hanya mengeluarkan Rp 35.000,- an untuk
perjalanan sekitar 6 jam dari surabaya-Banyuwangi. Setelah perjalanan yang
panjang dan pastinya melelahkan akhirnya sampailah di stasiun Banyuwangi baru.
Dari
stasiu Banyuwangi
baru saya melanjutkan perjalanan ke pelabuhan Ketapang yang ternyata jaraknya
sangat dekat paling berjalan kaki hanya sekitar 5 menitan pokoknya dekat banget
lah tapi kalau temen-temen mau naik ojek dari stasiun ke pelabuhan juga boleh
lah hanya membayar Rp 10.000,- itung-itung sedekah ke tukang ojek. Dari
Pelabuhan saya langsung ke loket untuk beli tiket penyebrangan hanya sekitar Rp
6.000,- karena penyebrangan dari banyuwangi ke pelabuhan Gilimanuk Bali hanya
sebentar. Dan akhirnya sampailah saya di pelabuhan Gilimanuk tapi jangan senang
dulu karena perjalanan masih sangat panjang, kemudian perjalanan saya lanjutkan
dengan bus dari pelabuhan Gilimanuk ke Terminal Ubung dengan bus dengan biaya Rp 40.000,- dengan
durasi sekitar 3 jam an perjalanan.
Saya
sampai di terminal Ubung sudah malam hari dan hampir tidak ada bus yang bisa melayani
perjalanan ke pelabuhan Padangbai (pelabuhan yang
melayani penyebrangan Bali-Lombok) namun seperti kata
pepatah rezeki tidak akan lari kema. kebetulan saya memiliki teman yang
sedang tugas di Balidan beliau bersedia mengantarkan saya dari Denpasar ke Pelabuhan Padangbai.
Sekitar pukul 01.00 tengah malam saya sampai di Pelabuhan Padangbai untuk
melanjutkan perjalanan dengan kapal laut sekitar 5 jam menuju pelabuhan Lembar
Lombok dengan biaya sekitar Rp 45.000,-
dan akhirnya tibalah saya di pelabuhan Lembar menandakan saya telah sampai di pulau
Lombok. Sepanjang keluar dari kapal wajah saya tersenyum menandakan betapa
bahagia dan bersyukurnya saya bisa sampai di Lombok yang merupakan satu dari
sekian banyak cita-cita saya. Alhamdulillah.
Saya belum tau akan tinggal
dimana, saya belum tau bagaimana cara saya meng explore Lombok yang saya tau saya
hanya punya satu teman perempuan yang sedang tugas di Lombok dan saya harus
maksimalkan. Turun dari kapal menuju
gedung pelabuhan Lembar dari kejauhan saya melihat seseorang sepertinya saya
kenal, dengan berseragam pegawai Dinas Perhubungan dia juga melihat saya.
Jarak
kami semakin dekat dan saya pun mempercepat
langkah saya, dengan suara setengah di tahan pegawai dishub menyebut nama
saya “ vicky ? “ saya juga menyebut namanya “ wahyu?” tapi kami bukan cinlok
kayak di tipi-tipi kami laki-laki kami normal wahahaha dan tau apa yang
terlintas pertama dalam fikiran liar saya ? “alhamdulillah malam ini tidur aman” setelah ngobrol sana-sini wahyu mengeluarkan sebuah kata-kata surga “tidur
di kontrakan aku aja“
bagi saya tawaran Wahyu ibarat kita berbuka puasa di hari terakhir Puasa
Ramadhan plooong rasanya, tanpa basa basi dengan ikhlas (lah) saya terima tawaran Wahyu. Alhamdulillah rezeki anak sholeh wal
ganteng.
Perjalanan
hari pertama di Lombok saya mulai dengan sarapan nasi khas Lombok kemudian ke Dusun Sasak Sade, Pantai Kute
Lombok, city tour Mataram, menikmati pemandangan lombok dari bukit Astari
Resto dan diakhiri dengan menikmati sunset di Bukit
marise (sebenernya banyak lagi sih tapi lupa nama-namanya). Semua
perjalanan di hari pertama ini di bantu
Yuchita. (dalam hati pembaca) “perasaan dari tadi gak ada bahas nama Yuchita
lah, kok mendadak nongol nama Yuchita ? eiiits (mendadak kayak di pilem-pilem
alur mundur) zzzzzttttt, nah jadi di pelabuhan saya di jemput Yuchita temen
satu kantor tapi beda penempatan
sebenernya sih kita selama ini sekedar kenal dan gak akrab tapi saya nya
aja sok-sok kenal sok sok akrab dan pakek mintak tolong bantuin di Lombok lagi
dan alhamdulillah jadi akrab beneran dan jadilah hari pertama saya diajak
keliling Lombok, alhamdulillah rezeki anak sholeh.
|
|
|
|
|
|
Nah kebetulan
hari ini 15 April 2017 si Wahyu sedang off (bukan cabut ya), dan babang Wahyu
ini dengan baik hatinya mau nganterin saya jalan ke destinasi lain di sekitaran
Pulau Lombok dan berangkatlah kita ke Sembalun kaki gunung Rinjani. Karena satu
dan lain hal kita sih berangkatnya agak kesiangan tapi ah sudahlah kita jalan
aja tapi eiiits kayaknya bener sepertinya hari ini kita kurang lucky soalnya di perjalanan kita sempat
berhanti beberapa kali dikarenakan di Lombok sedang ada kejuaraan sepeda
Internasional Tour The Lombok yang jalurnya dari kota Mataram sampai ke
arah Sembalun. sepanjang jalan banyak
pak Polisi dan pak Tentara di dampingi ratusan bocah SD yang menyambut para
pembalap sepeda dari berbagai Negara dan tak jarang pak Polisi dengan mobil
patwal nya mondar mandir sambil teriak-teriak “Bapak Ibu mohon kepinggir ,
mohon jalan di sterilkan karena pembalap akan melewati rute ini “ eh padahal
sampai hampir 30 menit pembalapnya gak lewat-lewat, dan sampai persimpangan
menuju naik ke atas sembalun motor kita
kembali di hentikan, kalau pun mau lewat nanti setelah pembalap terakhir lewat
dan kita harus di belakang mereka “waduh ya gak mungkin lah ini aja udah lewat
zuhur, lah jam brapa lagi mau nyamapi sembalun” dan setelah diskusi gak panjang
dengan om Wahyu akhirnya kita ubah rute perjalanan kita menuju air terjun yang
arahnya berlawanan dengan Sembalun.
Engingeng …
setelah beberapa jam sampailah kita di air terjun Kelambu dan tetangganya air
terjun kelambu (lupa namanya) gimana pemandangannya ? pokok nya mantap kali lah
kurasa apalagi aernya dingin kali bah (tiba-tiba logat medan), sebenernya
pengen banget mandi tapi ah gak jadi lah cuma cuci mukak sama basah-basah kaki
aja trus kita balik dan menikmati
malamnya kota Mataram dan diakhiri
dengan menikmati ayam Taliwang ah… rasanya saya menikmati setiap detik hidup
ini Alhamdulillah .
|
|
Ekspedisi
kali ini Wahyu gak ikut alasanya ya karena dianya masuk kerja tapi untunya kita
udah sewa sepeda motor buat jalan saya di hari ke-3, lagi lagi saya mau bilang
alhamdulillah karena biasanya di Lombok pasaran sewa motor per hari 65-100 rebu
tapi berkat bantun om Wahyu saya cuma bayar 50 rebu men… pokoknya alhamdulillah
lah motor ini bisa murah karena kita sewanya di sebuah hotel yang pernah di
gunakan oleh kantor dan tamunya om Wahyu buat nginap, sebenernya sih saya gak
boleh sewa karena yang sewa harus tamu hotel tapi berkat lobi-lobi om Wahyu
(kayaknya dia terbiasa gombal cewek lah wkwkwk bercanda bro) akhirnya boleh di
sewain deh.
Esoknya Jam
5.30 WIT saya sendirian sudah bergegas
memacu motor ke arah pantai Senggigi dengan harapan bisa melihat sunrise pagi ini tapi bukan itu tujuan
utamanya karena tujuan saya adalah Gili Trawangan maklum lah kejar kapal pagi. Dari pelabuhan Bangsal menuju Gili Trawangan
dengan speedboat muatan sekitar 20-30 orang memerlukan waktu 45 menit dengan
tiket seharga Rp 10.000,-/ orang
(lumayan murah lah ) trus ngapain disana ? apalagi sendiri ?
Di Gili
Trawangan saya putusin untuk sewa sepeda per jam kalau tidak salah Rp 15.000,-
lumayan mahal sih tapi bisalah buat keliling-keliling pulau biar gak keliatan
kali jomblonya.
Jam
menunjukkan baru pukul 10.00 WIT tapi saya merasa sudah puas mengelilingi Gili
Trawangan bahkan sudah berjemur ala bule-bule di pantai Gili Trawangan dan saya
memutuskan untuk balik ke Mataram dan melanjutkan perjalanan sendirian ke
Sembalun,
Ya Sembalun
destinasi gagal kemarin namun harus berhasil kali ini.
Dengan
kecepatan rata-rata 75 km/ jam saya pacu motor dengan semangat dan seperti
kebiasaan saya yang sudah-sudah saya selalu ingin cepat cepat dan cepat dan
sampailah saya di kawasan Taman Wisata Pusuk Sembalun, mulai dari kawasan ini
saya gak berhenti-berhenti untuk berdecak kagum sambil bersyukur betapa
besarnya Indonesia, betapa indahnya Indonesia betapa besarnya Rahmat Tuhan Yang
Maha Esa, tak jarang sesekali saya mengucapkan “subhanallah” dengan spontan
menandakan betapa takjubnya saya dengan
ciptaanNya.
Sebelumnya
saya sudah tanya-tanya ke om google tentang destinasi wisata apa aja yang bisa
saya dapet kalau mengunjungi sembalun dan sekitarnya dan pertama lokasi yang
saya kunjungin adalah air terjun mangkusakti, yes motor pun saya belokkan ke
kiri ke arah air terjun mangkusakti dan dari simpang jalan aspal ke lokasi
parkir air terjun mangkusakti sekitar 40 menit. Perjalanan ke Air terjun
mangkusakti gak berhenti disitu bro setelah melalui sekitar 40 menit ke dalam
dengan jalan yang luar biasa sempit dan rusak berbalut tanjakan tibalah saya di
parkiran dan dari parkiran harus berjalan kaki lagi sekitar 15 menit ke lokasi
air terjun mangkusakti, bayangin aja saya berjalan sekitar 15 menit tanpa
ketemu siapapun di hutan-hutan walaupun saya sempat takut dan khawatir bukan
karena apa saya khawatir ketemu hewan buas seperti kucing, jangkrik dll (lah
itu mah lucu).
Sampai di
mangkusakti hanya ada sekitar 6 orang disana yah lumayan sepi di luar perkiraan
saya dan saya kurang beruntung karena air terjun sedang tak bagus warnanya tapi
alhamdulillah bisa sampai. Singkat cerita sampailah saya di parkiran motor
kembali bersiap pulang tapi seperti pepatah mengatakan kalau rezeki enggak
kemana, tanpa sengaja saya bertemu dengan seorang anak muda lokal yang sedang
mengantarkan wisatawan dari Malalaysia ke air terjun mangkusakti sebut saja
namanya Mr. L (kepanjangan dari Lupa
saya benar-benar lupa), saya dan Mr. L pun terlibat sebuah diskusi ringan namun
terkesan sangat penting tentang dunia pariwisata dan gunung sampai akhirnya Mr.
L tanya saya “setelah ini mau kemana?”
Saya jawab “ mau ke Bukit Pegangsingan,
menikmati desa sembalun, wisata strauberry, ke Bukit selong sekaligus Desa
purba di daerah sembalun” kemudian Mr. L tanya lagi “bermalam di Sembalun ?
nginap dimana ?” jawab saya “ iya bang, belum tau ni mau nginap dimana niatnya
sih di rumah warga sekitar bang” Mr. L kemudian mengeluarkan kata-kata mutiara
yang sangat saya nantikan kurang lebih begini “nginap di rumah saya aja, mau?
Kan seru bermalam di kaki rinjani nanti sekalian saya anterin ke bukit
pegasingan dan wisata sekitara sembalun” tanpa basa basi apalagi nolak saya
langsung jawab “ok bang siap, makasih ya bang saya terimakasih tawarannya” wahaha
saya mah kali ini gak pakai segan gak pakai malu gak pakai bas basi kawatir Mr.
L berubah pikiran (abang orangnya kayak gitu dek).
Sore
menjelang magrib saya sudah di basecamp Mr. L sekaligus rumahnya ternyata Mr. L
(usianya di bawah saya 2 thn an) tinggal terpisah dengan orangtuanya dan Mr. L
sedang merintis sejenis travel agen untuk pendakian rinjani dan wisata
sembalun, sore ini saya di tawarkan untu melihat sunset dari rumah pohon dan
kebun tempat mangkalnya Mr. L dkk, malamnya sebelum tidur sekalian berkeliling
desa kami sempatkan untuk membeli beberapa keperluan dan bahan makanan untuk
pendakian Bukit pegasingan besok subuh.
|
|
|
|
|
|
|
|
Walau subuh
ini terasa lebih berat dari subuh-subuh lainnya (disamping harus bangun jam 4
pagi) cuaca Sembalun yang begitu dingin sedikit mengendorkan semangat saya tetapi
ternyata semangat saya lebih kuat dan hangat
dari rasa lelah dan dingin ini , pendakian di mulai tentunya sesuatu
yang menakjubkan sudah menunggu kami diatas sana. Sebenernya saya sudah terbiasa mendaki tapi
tidak bersama expert seperti Mr. L ini dan pendakian kali ini sebenernya
berdekatan dengan event Jogja Marathon dimana saya akan berpartisipasi di
kategori Half marathon ( 21 KM), di karenakan moment nya pas saya sampaikan ke
Mr. L “ bang kalau dakinya mau cepat-cepat silahkan aja, saya akan coba ikuti,
gak usah kawatir saya juga sekalian latihan Half Marathon” eh ternyata
gara-gara sombong, untuk pertama kalinya dalam hidup saya mendaki, saya se drop
itu sampai mata berkunang-kunang dan hampir aja pingsan walau terseok seok dan
penuh drama akhirnya kami tiba di puncak sebelum sunrise Alhamdulillah kembali terucap syukur dari lisan saya atas
segala yang sudah saya terima ata segala kebaikan Sang Pencipta.
Sunrise pagi
ini adalah salah satu sunrise terbaik yang pernah saya lihat apalagi jika menoleh
ke kanan kita akan di suguhkan dengan pemandangan Gunung Rinjani yang begitu
indah, ah pokoknya saya bahagia saya puas, saya menikmati setiap tetes darah
dalam hidup saya alhamdulillah.
Turun bukit
Pegasingan perjalanan berlanjut ke Bukit selong sekaligus Desa purba atau
menurut cerita Desa pertama di kawasan kaki Gunung Rinjani.
Akhirnya
perjalanan saya di Sembalun pun selesai dan bersiap untuk balik ke Kota Mataram
bertemu dengan Wahyu untuk berpamitan , mengembalikan pinjaman motor dan
bertemu Yuchita yang nantinya akan mengantarkan saya ke Bandara di hari tu
juga.
Saya
berpamitan dengan Mr. L dkk untuk kembali ke Mataram lanjut ke Surabaya sambil
menyalamkan sedikit uang sebagai ucapan terimakasih. Terimakasih banyak atas
jamuan, bantuan dan kebaikannya, Semoga
Allah SWT membalas semua kebaikan dan memberikan yang terbaik untuk saya dan
kalian semua, amin. Sekian tentang Perjalanan ke Lombok Dengan Biaya Minim silahkan
baca juga artikel perjalanan menarik lainnya ya.